Senin, 14 Oktober 2013

CIPUTRA: Entrepreneur Berbeda dari Spekulan



pak ci
 
Dalam kesempatan Kuliah Umum di Prasetiya Mulya yang lalu, seorang mahasiswa bertanya pada saya: “Apa bedanya seorang entrepreneur dari spekulan?” Pertanyaannya sangat bagus dan menurut saya wirausaha atau entrepreneurship berbeda jauh dari sekadar berjudi atau untung-untungan (spekulasi). Spekulan tidak memiliki dasar perhitungan yang baik sementara entrepreneur , seperti sudah saya lakukan, harus berani mengambil risiko tetapi yang sudah terukur. Itu bedanya.


Masih tentang spekulasi, saya kemudian teringat dengan sebuah pengalaman saat masih mengerjakan proyek Ancol, kami menggunakan jasa konsultan. Konsultan ini memberikan vonis bahwa proyek di Ancol itu tidak feasible, atau tidak bisa dilaksanakan. Saya kemudian datang menemui Pak Ali Sadikin Gubernur DKI Jakarta saat itu. Saya berkata padanya agar diperbolehkan untuk tetap membangun Ancol meski dari sudut pandang konsultan tidak mungkin sukses. Saya yakin bahwa proyek itu mungkin dan akan sukses nantinya. Akhirnya saya mengatakan pada gubernur Ali Sadikin bahwa jika kerugian terjadi karena proyek itu, saya akan menanggungnya sendiri tetapi jika untung, akan dibagi rata. Saya pinjam dana dengan jaminan pribadi termasuk rumah saya saat itu.


Hal yang sama juga terjadi saat saya hendak membangun proyek-proyek kawasan properti lain seperti Pondok Indah dan Bumi Serpong Damai (BSD). Pihak lain mengatakan tidak feasible tetapi saya berkeyakinan kuat bahwa pasti bisa.


Dan semua itu didorong bukan oleh spekulasi tetapi naluri yang terasah dari pengalaman dan banyak hal lainnya yang didapatkan selama berentrepreneurship . Karena itulah, saya selalu menyarankan untuk memulai sedini mungkin berwirausaha , karena naluri itu akan terasah dengan sendirinya saat kita mempraktikkan entrepreneurship .


Sekali-kali rugi wajar saja bagi entrepreneur . Saya juga pernah rugi berbisnis. Saya rugi saat membangun BSD. Sederhananya, saya pinjam dana tetapi saya tidak bisa mengembalikan. Untuk menutupi kerugian itu, akhirnya saya terpaksa menjual saham saya di BSD. Kini saham saya tinggal sedikit di BSD. Itulah dinamika perjalanan seorang entrepreneur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar